Posts Tagged ‘Mie Ayam’

WALAU BUKA CUMA SETENGAH HARI

PELANGGAN TETAP ANTRI

Jangan pernah sepelekan usaha dagang mie ayam. Mungkin ada sebagian orang yang menganggap berjualan mie ayam itu, hanya menghasilkan untung yang tidak begitu besar dan merupakan pencarian nafkah dengan rate rendah. Tapi jangan salah, disisi lain ada juga lho pedagang mie ayam yang dapat membuat kita terkejut penasaran.

Sugeng, 30 tahun adalah contohnya. Pria kelahiran Jakarta ini merupakan pedagang mie ayam yang mampu mendapati keuntungan Rp 50.000.000 per bulan ( Bayangkan ). Warung Mie Ayam yang bernama Permata Hijau ini mempunyai kru yang berjumlah hanya 4 orang.

Menurut Sugeng ( pria berambut pendek ikal  ), setiap hari rata-rata ia menjual 200 mangkuk mie ayam dengan harga per porsi Rp 6000. Dia juga menuturkan, dari penjualan rata-rata setiap hari sebesar 200 mangkuk, ia mengambil keuntungan Rp 1000 per mangkuknya. Namun disampimg itu dia juga mengambil keuntungan dari penjualan minuman yang dijualnya.

A) Perintisan Usaha Dari Bawah.

Sudah lama menekuni usaha mie ayam sejak tahun 1992, hoki Sugeng ternyata baru muncul delapan tahun kemudian. Awalnya pria ini hanya ikut orang berjualan mie ayam di Lampung. Makin lama ia tidak betah, terutama karena ia merasa tidak dapat mencurahkan kemampuannya sepenuhnya. Maka pada tahun 2000 ia hijrah ke Jakarta, kembali ke rumah orang tuanya. Mulai pula ia merintis usaha mie ayamnya didepan show room sebuah perusahaan otomotif dikawasan Permata Hijau. Rupanya mie ayam racikan Sugeng mengena dilidah pelanggannya. Pada awalnya warung itu hanya raimaikan oleh para karyawan yang berkantor disana, lama-lama makin tenar melampaui kawasan itu. Karena letak warungnya yang menyendiri, jauh dari warung-warung lainnya, orang menamainya warung Seje Dewe Atau CJDW.

Sayangnya, hanya beberapa tahun berjualan, warung ini mesti pindah, karena anjuran Pemerintah setempat. Ditempat yang baru, warung pak Sugeng ini sepi dari pelanggan karena “orang belum tahu tempat kami pindah disini”, kata Sugeng. Ditempat yang baru ini Sugeng juga mengubah nama warungnya menjadi Mie Ayam Permata Hijau Simprug.

Yang namanya rezeki rupanya tak kan lari kemana-mana. Meskipun lokasi yang ditempati warung Sugeng ini sepi, namun justru disitu pula letak daya tariknya. Orang-orang yang naik sepeda motor dan melintas dikawasan itu, dengan mudah bisa memarkir kendaraannya dipinggir jalan, dan langsung duduk diwarung mie milik pak Sugeng ini. Tak sampai lima menit kemudian, hidangan sudah dapat dinikmati. Setelah kenyang, perjalanan bisa dilanjutkan. Jadi praktis dan menghemat waktu makan disini.

Setiap hari Sugeng beserta krunya sudah harus bekerja mulai dari pukul 3 pagi di rumah Sugeng. Dua jam kemudian mereka sudah dalam perjalanan menuju lokasi warung. Sambil mendorong gerobak, biasanya Sugeng mengawasi sekitar. Dan menurut dia, dari pengamatan seperti inilah ia terinspirasi membuka usahanya ditrotoar jalan menuju kawasan Simprug itu.

Menurut Sugeng, penjualan mereka dihitung harian dan semua anggota kru tahu jumlahnya. Itu sebabnya bagi-bagi rezeki pun dilangsungkan dengan cara musyawarah-mufakat. Rata-rata anggota kru mengantongi pendapatan Rp. 1 juta per bulan.

Sugeng juga menuturkan, sudah banyak orang yang menawari dirinya untuk bekerjasama baik dalam bentuk partner maupun mengembangkan sayapnya lewat sistem wara laba. Namun Sugeng masih berpikir seribu kali. Alasannya, ia hanya tidak ingin mengecewakan partnernya, sebab menurut Sugeng, ia belum bisa menjamin kualitas mie ayam yang tidak ia tangani langsung.

Di lain pihak, permintaan sejumlah pelanggan agar ia melebarkan sayap akhirnya ia dengarkan juga. Terbukti dalam waktu dekat ia akan membuka cabang di Kawasan Pondok Aren, Tangerang. Ia sudah mempersiapkan tempat dan kru. Menurut Sugeng, banyak pelanggan yang tinggal dikawasan itu, memintanya untuk membuka warung disitu.  ” Setelah saya survey lokasi dan menemukan tempat, akhirnya saya memutuskan untuk buka disana, ” kata Sugeng.

B) Penilaian Terhadap Sugeng.

Dari suasana kehidupan tentang cerita diatas saya dapat menilai bahwa Sugeng adalah tipe orang yang mempunyai jiwa usaha yang tinggi dan pekerja keras, terbukti akan perintisan usahanya dari ia pertama kali berdagang dengan ikut orang, dan memutuskan untuk berhenti lalu membuat usaha sendiri. Dengan kemampuan dia membuat mie ayam yang nikmat dan sudah diakui oleh khalayak ramai, tentu rasanya ia merasa percaya diri dan ingin mengembangkan usahanya dengan membuka cabang baru.

Satu hal yang ingin saya tekankan, bahwa Warung Ayam Permata Hijau Simprug ini hanya berjualan setengah hari saja yaitu pada pukul 06.00 pagi sampai 12.00 siang. Coba saja ia agak menambah jamnya, pasti keuntungan yang diperoleh akan lebih besar lagi.

Ada beberapa hambatan yang dihadapi oleh Sugeng pada saat ini. Salah satunya adalah Mungkin saja ia ingin menambah jamnya agar keuntungan yang diperoleh akan lebih banyak, namun karena letaknya ditrotoar jalan, maka pada jam-jam siang ( 12.00 keatas  ) tentu akan banyak kendaraan yang melewati jalan tersebut. Sedangkan sebagian besar para pelanggan/konsumen memarkirkan kendaraannya di sisi-sisi jalan. Oleh karena itu Sugeng tidak ingin Warungnya membuat jalan menjadi sempit karena hal tersebut.

C) Ciri-Ciri Sugeng.

a.       Berambut Pendek, Ikal

b.      Berpenampilan Sederhana

c.       Murah Senyum

d.      Tinggi Badan Relatif

e.       Kulit Sawo Matang

D) Watak Sugeng.

a.       Adalah tipe orang pekerja keras

b.      Berjiwa Usaha Yang Tinggi

c.       Mampu Mengistimasi Prospek Usahanya

d.      Sifat Yang Tak Ingin Dikekang ( Tak Ingin Jadi Anak Buah

E) Perjalanan Seorang Sugeng Mengembangkan Usahanya.

a.       Menekuni usaha mie ayam sejak tahun 1992 ( Masih ikut orang /jadi anak buah ) di Lampung.

b.      Memulai usaha mie ayam sendiri pada tahun 2000 di Jakarta, di depan Showroom sebuah perusahaan otomotif di Kawasan Permata Hijau.

c.       Pindah kekawasan baru di Prapatan Simprug, karena di tempat sebelumnya Pemerintah Melakukan anjuran pindah terhadap usaha dagang Sugeng dari kawasan tersebut.

d.      Setelah untung yang ia dapati, kini ia mencoba untuk membuka cabang mie ayam di kawasan Pondok Aren, Tanggerang.

F) Resiko Yang Berani Sugeng Ambil.

a.       Keluar sebagai pedagang mie ayam pada saat ikut orang.

b.      Mengambil keputusan untuk membuat usaha mie ayam sendiri.

c.       Terjadinya perpindahan tempat, atas adanya anjuran pemerintah untuk pindah dari kawasan tersebut.

d.      Mencari lokasi baru dan memulai usaha mie ayamnya.

e.       Mencoba mengembangkan usahanya dengan membuka cabang mie ayam milliknya.

G) Hambatan-Hambatan Yang Dialami Sugeng Pada saat Pencapaian Usahanya.

a.       Sempat dua tahun sepi, karena orang belum tahu usaha mie ayam Sugeng pindah ke tempat yang baru.

b.      Terjadi perpindahan lokasi, karena anjuran pemerintah setempat.

c.       Sugeng hanya buka setengah hari, yaitu dari jam 06.00 pagi sampai 12.00 siang. Karena lokasi yang Sugeng tempati sekarang merupakan lokasi trotoar jalan. Padahal Sugeng bisa mencapai keuntungan lebih jika saja ia mempunyai tempat yang layak untuk dagangan mie ayamnya.